Ketika Pilkades Jadi Urusan Keluarga: Tassese Hadirkan Kontestasi Tak Biasa di Tahun Depan

Ketika Pilkades Jadi Urusan Keluarga: Tassese Hadirkan Kontestasi Tak Biasa di Tahun Depan

Gowa. Sudu­tpan­da­ngra­kyat - Pemi­lih­an Kepa­la Desa (Pil­ka­des) di Desa Tas­se­se Keca­mat­an Manu­ju yang akan dise­le­nga­rak­an tahun 2026 meng­ha­dirk­an dina­mi­ka yang tak bia­sa. Untuk per­ta­ma kali­nya, war­ga desa akan menyak­sik­an dua calon yang buk­an hanya ber­a­sal dari dusun yang sama, teta­pi juga satu rumah tang­ga: pasang­an sua­mi istri, Mas­lim Dg Gau dan Nur­hik­ma.

Feno­me­na ini akan men­cip­tak­an per­bin­cang­an hangat di tengah masya­ra­kat, seka­li­gus mem­bu­ka ruang dis­ku­si baru ten­tang mak­na demok­ra­si di ting­kat desa.

Jika bia­sa­nya Pil­ka­des diwar­nai per­sa­ing­an antar­fi­gur dengan latar bela­kang ber­be­da, di Desa Tas­se­se jus­tru menun­jukk­an babak baru kon­tes­ta­si poli­tik ber­ba­sis kelu­ar­ga.

War­ga tidak hanya menim­bang visi-misi, teta­pi juga mem­per­ta­nyak­an bagai­ma­na dua karak­ter kepe­mim­pin­an yang ber­be­da bisa lahir dari satu kelu­ar­ga yang sama.

Mas­lim Dg Gau, calon yang dike­nal dekat dengan masya­ra­kat, sela­ma ini aktif dalam kegi­at­an sosi­al dan gotong royong. Rekam jejak­nya mem­bu­at banyak war­ga mera­sa bah­wa ia mema­ha­mi denyut kebu­tuh­an seha­ri-hari war­ga Tas­se­se. Ia dipan­dang seba­gai sosok prak­tis, seder­ha­na, dan meng­a­kar kuat dalam tra­di­si lokal.

Seba­lik­nya, Nur­hik­ma mem­ba­wa sema­ngat per­u­bah­an ber­ba­sis pem­be­rda­ya­an. Penga­la­man­nya dalam men­do­rong keter­li­bat­an per­em­pu­an dan kelom­pok kelu­ar­ga men­ja­di­kan­nya figur yang diang­gap bera­ni ser­ta pro­gre­sif. Keha­di­ran­nya seba­gai calon kepa­la desa per­em­pu­an men­ja­di angin segar bagi seba­gi­an kelom­pok yang sela­ma ini meng­i­ngink­an rep­re­sen­ta­si lebih luas dalam struk­tur kepe­mim­pin­an desa.

Mena­rik­nya, war­ga Tas­se­se menyi­ka­pi feno­me­na ini dengan rasa ingin tahu ber­cam­pur harap­an. Seba­gi­an meni­lai bah­wa hadir­nya dua calon dari satu kelu­ar­ga menun­jukk­an tum­buh­nya kede­wa­sa­an poli­tik: bah­wa rumah tang­ga pun dapat mem­be­ri ruang bagi per­be­da­an pilih­an. Namun seba­gi­an lain ber­ta­nya-tanya, apa­kah per­sa­ing­an ini akan meng­u­bah dina­mi­ka kelu­ar­ga atau jus­tru mem­per­ka­ya demok­ra­si lokal.

Baik Mas­lim mau­pun Nur­hik­ma sama-sama menon­jolk­an isu pengu­at­an eko­no­mi desa, per­ba­ik­an layan­an publik, dan pening­kat­an ruang par­ti­si­pa­si bagi kelom­pok rent­an. Mes­ki memi­li­ki pen­de­kat­an ber­be­da

Mas­lim dengan penga­lam­an lapang­an, Nur­hik­ma dengan per­s­pek­tif pem­be­rda­ya­an, war­ga kini meni­lai sia­pa di anta­ra kedu­a­nya yang paling mam­pu mewu­judk­an harap­an mere­ka.

Publik Tas­se­se menung­gu bagai­ma­na kon­tes­ta­si unik ini ber­a­khir: apa­kah desa akan dipim­pin oleh figur yang tum­buh dari akar sosi­al masya­ra­kat, atau oleh pemim­pin per­em­pu­an yang mem­ba­wa ener­gi baru dalam tata kelo­la desa.

Satu hal yang pas­ti, Pil­ka­des tahun 2026 Akan mem­be­ri ceri­ta baru ten­tang bagai­ma­na demok­ra­si dapat ber­jal­an di ruang paling dasar masya­ra­ka, bahk­an di dalam satu kelu­ar­ga.

(One)

sudutpandangrakyat

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *