Ajb Bodong Terbit di Penjualan Tanah di Desa Sakkolia Diduga Kades dan Camat Terlibat

Ajb Bodong Terbit di Penjualan Tanah di Desa Sakkolia Diduga Kades dan Camat Terlibat
Oplus_131072

GOWA — sudutpandangrakyat.com – Koa­li­si besar lem­ba­ga Toddo­pu­li Indo­ne­sia Ber­sa­tu (TIB) mela­lui siar­an per­s­nya meng­ung­kap ber­ba­gai per­ma­sa­lah­an tanah yang ter­ja­di di Desa Sok­ko­lia, Keca­mat­an Bon­to­ma­ran­nu, Kabu­pa­ten Gowa, Sula­we­si Selat­an.

Per­ma­sa­lah­an yang diung­kap men­ca­kup seng­ke­ta tanah, penye­ro­bot­an tanah, penem­pat­an lah­an tan­pa izin, pen­ju­al­an tanah bodong, peng­gu­na­an tanah di atas milik orang lain tan­pa izin, per­u­sak­an tanam­an, tran­sak­si Akta Jual Beli (AJB) bodong, ser­ta pem­bu­at­an girik pal­su. Jumat, (14/4/2025).

Tanah bodong meru­pak­an isti­lah yang meru­juk pada bidang tanah dengan surat kepe­mi­lik­an yang tidak ter­ca­tat dalam data admi­nis­tra­si kan­tor per­ta­nah­an, keca­mat­an, mau­pun buku tanah desa setem­pat.

Hal ini menye­babk­an riwa­yat kepe­mi­lik­an tanah ter­se­but tidak memi­li­ki lega­li­tas yang jelas.

Pre­si­den TIB, Sya­fri­a­di Dja­e­naf Daeng Mang­ka, men­je­lask­an bah­wa tran­sak­si jual beli tanah bodong dila­kuk­an oleh jaring­an mafia tanah yang meli­batk­an oknum pega­wai peme­rin­tah, sipil, bahk­an apa­rat pene­gak hukum, ter­u­ta­ma dari Unit Tanah dan Bangun­an di ting­kat Polres.

“Ada­pun modus yang mere­ka gunak­an ada­lah dengan menar­getk­an tanah yang belum dikon­ver­si, tanah kosong, dan tanah seng­ke­ta. Dalam kasus tanah yang belum dikon­ver­si ke Undang-Undang Pokok Hukum Agra­ria (UUPA), mere­ka meng­gu­nak­an surat girik pal­su,” ung­kap Daeng Mang­ka.

Ia men­con­tohk­an salah satu kasus besar, yak­ni pen­ju­al­an 56 kavling tanah bodong oleh mafia tanah di Desa Sok­ko­lia. Modus­nya ada­lah memin­dahk­an dan meng­ge­ser batas desa.

“Awal­nya, loka­si ter­se­but ber­a­da di wila­yah admi­nis­tra­si Desa Sok­ko­lia. Namun, untuk men­tran­sak­sik­an tanah kavling ter­se­but di wila­yah admi­nis­tra­si Desa Roma­ngloe, kelom­pok mafia tanah ini meng­ge­ser batas desa sehing­ga luas wila­yah admi­nis­tra­si Desa Roma­ngloe ber­tam­bah, sedangk­an Desa Sok­ko­lia ber­ku­rang,” tam­bah Daeng Mang­ka.

“Jadi, saat ini loka­si tanah kavling ter­se­but ber­a­da di Desa Sok­ko­lia, namun Akta Jual Beli­nya ditan­da­ta­nga­ni oleh Kepa­la Desa Roma­ngloe,” lan­jut­nya.

Lebih lan­jut, Daeng Mang­ka meng­ung­kap bah­wa tanah kavling bodong ini dibu­atk­an girik yang didu­ga pal­su, mes­ki­pun tanah ter­se­but sebe­nar­nya meru­pak­an P2 tanah nega­ra yang telah diga­rap sela­ma puluh­an tahun oleh masya­ra­kat.

Girik ter­se­but didu­ga pal­su kare­na memi­li­ki kesa­ma­an nomor per­sil (53 DII) dan nomor kohir (1076 CI) dengan girik lain­nya, namun tetap didu­dukk­an pada loka­si ber­be­da dengan nama pemi­lik dan luas tanah yang sama.

“Lebih fatal lagi, ada girik lain di dekat loka­si ter­se­but yang juga memi­li­ki nomor per­sil 53 DII dan nomor kohir 1076 CI, teta­pi ber­be­da nama pemi­lik, luas, dan letak loka­si­nya,” pung­kas­nya.

(TIB)

sudutpandangrakyat

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *